Guru Besar Dengan Kepedulian Yang Besar

Guru Besar Dengan Kepedulian Yang Besar

Matahari belum sempurna menampakkan sinarnya ketika Prof. Dr. H. Sofyan Sauri, M. Pd menginjakkan kakinya ke halaman gedung KH Sholeh Iskandar. Sabtu pagi itu, gedung baru Pascasarjana Universitas Ibnu Khaldun itu terlihat lebih ramai dari biasanya. Nampak hiruk pikuk di setiap sudut gedung mewarnai suasana gedung yang terletak di pinggiran kota Bogor itu. Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin MS selaku direktur PPs UIKA yang didampingi juga oleh Prof. Dr. H. Didin Saefuddin Buchari, MA dan Prof. Dr. H. Masyhudzulhal, MA terlihat menyambut kedatangan salah satu guru besar PPs-UIKA yang berasal dari Bandung tersebut. Ternyata, jarak Bandung-Bogor yang memakan waktu tiga jam ini tidak menyurutkan beliau untuk datang pagi-pagi sekali ke kampus UIKA. Ketika ditanya, “Jam berapa dari rumah Prof?”, beliau tersenyum sambil mengatakan, “Selesai menunaikan shalat subuh di masjid, saya langsung berangkat ke sini”.

Hari itu, Sabtu tanggal 14 April 2012 adalah hari yang ditunggu-tunggu oleh seluruh jajaran Pimpinan dan staf PPs-UIKA. Hari itu PPs-UIKA Bogor kedatangan asesor dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN PT) yang akan melakukan proses akreditasi pada Program Doktor Pendidikan Islam. Tentu saja, itu merupakan acara yang sangat penting bagi PPs-UIKA dan melibatkan seluruh civitas akademika Universitas Ibnu Khaldun, termasuk para guru besar PPs-UIKA.

 

Tak lama berselang, ketika Dr. H. Ibdalsyah, MA memulai kajian pagi rutin Sabtuan tepat jam 7.00 WIB, beberapa guru besar lainnya mulai berdatangan meramaikan suasana di gedung KH Sholeh Iskandar. Dimulai dengan kedatangan Prof. Dr. H. Nanang Fattah M.Pd  yang disusul oleh Prof. Dr. H. Ahmad Tafsir, MA, keduanya juga datang dari Bandung. Kemudian dari Jakarta sendiri hadir  Prof. Dr. H.Abuddin Nata, MA dan Prof. Dr. H. Salman Harun. Dari Malaysia, hadir Dr. Ssekamaya Abdullah dan Samsuddin Arief, Ph.D yang telah datang ke Bogor sehari sebelumnya.

Acaranya sendiri akan dimulai pukul 8.00 WIB, namun para guru besar, para dosen dan alumni PPs-UIKA sudah meramaikan gedung KH. Sholeh Iskandar sebelum waktunya. Nampak sekali semua Guru Besar dan para dosen tersebut memberikan dukungan dan apresiasi yang amat berarti dalam acara akreditasi Program Doktor Pendidikan Islam ini. Kehadiran mereka merupakan bentuk dukungan dan perhatian yang besar terhadap program Pascasarjana UIKA Bogor. “Luar biasa kebersamaan profesor-profesor kita, semua mengambil bagian dalam acara ini!”, ucap Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin MS dengan nada bahagia.

Salah satu bentuk dukungan dan kebersamaan para guru besar itu juga amat terlihat ketika acara sedang berlangsung. Kehadiran para Guru Besar tersebut mampu membuat suasana yang tegang dan formal dalam acara itu menjadi cair tanpa mengurangi keseriusan acara, semua yang hadir sangat menikmati dialog-dialog yang terjadi diantara para Guru Besar itu.

Dalam sesi pemeriksaan Borang, timbul perdebatan yang menarik antara asesor dan guru besar PPs-UIKA. Adalah Prof. Dr. Suwito MA dan Prof. Dr. Djamaluddin Darwis, MA yang menjadi Asesor yang ditunjuk BAN PT. Perdebatan dimulai ketika Prof. Dr. Suwito MA mengkritik masalah visi yang ada dalam Borang. Beliau yang memang terkenal kritis menyebutkan bahwa visi program Doktor Pendidikan Islam yang disebutkan dalam Borang tidak jelas, tidak terlihat arah tujuannya, tidak ada tahun pencapaiannya, dan beberapa kritikan lainnya yang cukup tajam. Hal tersebut jelas mengagetkan jajaran civitas akademika PPs-UIKA karena bagi mereka, visi yang tertera sudah sangat jelas. Kritikan tajam tersebut langsung mendapat bantahan dari Prof. Dr. H. Nanang Fattah M.Pd, dosen yang mengajar mata kuliah Manajemen Mutu Terpadu Pendidikan Islam dalam lingkungan pascasarjana UIKA.

“Mission itu lebih penting, orang sekarang lebih banyak membicarakan mission-nya, action-nya. Di sini adalah kampus, tempat makhluk hidup. Vision itu lebih banyak dibicarakan di perusahaan-perusahaan”, bantahan beliau kepada Prof. Dr. Suwito MA. Prof. Dr. H. Nanang Fattah M.Pd melanjutkan bantahannya dengan beberapa uraian dan data yang disebutkan beliau dengan lantang dan lugas. Suasana terlihat hening dan tegang. Tapi dengan tenang dan santai Prof. Dr. Suwito menjawab, “Ya, saya setuju dengan pendapat Prof. Tapi itu adalah medan diskusi. Sekarang kita sedang membicarakan isi Borang”. Suasana pun akhirnya mencair, dan dialog-dialog menarikpun kembali terjadi di antara mereka.

Ada kejadian menarik yang terjadi dalam dialog para Guru Besar tersebut. Prof. Dr. Suwito adalah guru besar UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang terkenal dengan kepiawaiannya berlogika bahasa. Ketika beliau dengan candanya mengatakan, “Nilai dua bila mau jadi empat itu berati harus ditambah dua, tapi perbaikan itu hanya bisa tambah satu lalu jadi tiga”, Prof. Dr. Ahmad Tafsir MA yang memang juga sahabat dekat Prof. Dr. Suwito langsung memberi respon dari analisa yang dikemukan Prof. Dr. Suwito.

“Sudah dinaikan saja angkanya!”, kata Prof. Dr. A. Tafsir.
“Maksudnya Prof apa? Angkanya dinaikan? Dinaikkan ke mana Prof?”
“Ya dinaikkan ke empatlah!”
“Jadi, angka tiga di naikkan ke angka empat?”
“Ya!”

Prof.  Dr. Suwito kemudian bertanya pada hadirin yang sedang serius menyaksikan diolog antar Guru Besar tersebut, “Jadi setuju bahwa angka itu dinaikan?”. Diantara hadirin ada yang terjebak pertanyaan beliau dan langsung menjawab, “Iya Prof., dinaikkan saja!”. Beliau menyelesaikan dialognya dengan mengatakan, “ Itu maksudnya bukan naik, tapi dirubah saja angkanya”. Lalu Prof. Dr. Suwito, MA menjelaskan kepara hadirin dengan logika bahasanya bahwa angka itu tidak bisa naik, tapi bisa dirubah saja. Lanjut beliau, “Kalau angka satu sampai empat ditulis dari bawah keatas itu berarti naik, tapi kalau angka satu sampai empat ditulis dengan cara menurun itu berarti tidak naik, tetap menurun”. Para hadirinpun tidak mampu menahan tawa karena gurauan bahasa Prof. Dr. Suwito tersebut, tak terkecuali Prof. Dr. Ahmad Tafsir yang ikut tersenyum simpul.

 

Sekitar jam 15.00 WIB, Prof. Dr. A. Tafsir kembali mendampingi asesor dengan penuh semangat ketika akan diadakan pemeriksaan Borang lanjutan setelah skorsing beberapa saat. Sebelumnya, Prof. Dr. suwito, MA meminta agar dijelaskan secara detail tentang Website dan Internet di lingkungan UIKA. Maka Bambang Karyadi, staf akademik bagian IT PPs-UIKA yang menangani hal tersebut dengan sangat baik menjelaskan dan meyakinkan asesor akan kualitas pelayanan dan ketersediaan website PPs-UIKA. Bambang Karyadi sendiri secara khusus mengatakan bahwa ia merasa terhormat dan bangga karena karya-karya aplikasi internet dan IT yang dirancangnya diuji langsung oleh Prof. Dr. Suwito dengan pertanyaan-pertanyaan yang detail. “Menjadi kenangan untuk saya telah diuji oleh Prof. Dr. Suwito dan Prof. Dr. Djamaluddin Darwis dalam menjelaskan Sistem Informasi Akademik yang saya kembangkan untuk menunjang civitas akademik di PPs UIKA Bogor. Terima kasih teruntuk Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin MS yang telah memberikan kepercayaan ini”, kata Bambang dengan rendah hati.

Dalam hal ini Prof. Dr. KH. Didin Hafidhuddin MS memuji Bambang Karyadi karena bisa menjelaskan masalah IT dengan baik, “Mas Bambang (sudah) sukses menjawab pertanyaan asesor. Mekipun pada kesehariannya Mas Bambang lebih banyak bekerja ketimbang bicara, tapi saat di uji Mas Bambang lebih banyak bicara, menjawab dengan sangat baik dan meyakinkan”.

“Sukses ya Mas Bambang!”, begitu staf-staf lainnya memberi selamat kepada kandidat sarjana Tekhnik UIKA Bogor tersebut.

Hingga sekarang, kehadiran para Guru Besar pada acara akreditasi tersebut masih meninggalkan kenangan yang mendalam bagi seluruh Pimpinan dan staf PPs UIKA Bogor. Menurut Muhsien, (staf akademik PPs-UIKA Bogor) kehadiran para Guru Besar di acara akreditasi Program Doktor Pendidikan Islam memberikan arti tersendiri bagi dirinya. “Semangat besar dari para Guru Besar membuat tekad yang kuat untuk lebih semangat bekerja dalam mengembangkan PPs-UIKA ke depan”, demikian kenang Muhsien.

You may also like...